Senin, 14 Mei 2012





Persaudaraan Antar Manusia
Diajukan untuk memenuhi tugas:
“tafsir ijmali”
logo al fithrah
Oleh:
Rodhiyatin naswiroh

Dosen pengampu:
Nur kholis, Lc MHI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FITHRAH
JL Kedinding Lor 99 Surabaya
TAHUN 2011-2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Manusia diciptakan sebagai makhluk social yang tidak dapat hidup tanpa orang lain maupun makhluk lain. Hubungan antara manusia dan makhluk lain terjalin berdasarkan pada insting untuk hidup bersama dan kebutuhan untuk bersosialisasi. Mskipun begitu jika hubungan hanya berdasarkan insting dan kebutuhan bersosialisasi maka akibat dari hal tersebut juga negative karena manusia akan memperkokoh egonya tanpa memperhatikan orang lain maupun makhluk lain, bukan kehidupan yang harmonis yang tercipta tapi lebih pada kehidupan yang tidak beradab dan sarat kerusakan.
Islam mengatur kehidupan manusia dengan sebegitu sempurnanya sehingga agar tercipta kehidupan yang baik dan selaras seimbang. Aturan akan hubungan sesame manusia tidak hanya tercermin pada sunah nabi maupun thabiin tapi lebih pentingnya terpapar dengan jelas dalam al qur’an kitap terpenting bagi umat islam salah satunya adalah dalam surat al imran ayat 103.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa kandungan surat al imran ayat 103?
2.      Bagaimana cara untuk mempererat persaudaraan menurut al qur’an?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ayat al qur’an
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103)  [آل عمران : 103
103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Maanil mufrodad[1]:
اعْتَصِمُوا:adalah fiil amar adri madhi I’tasahama yang berarti berpergang teguh pada sesuatu.
جَمِيعًا: semua
وَلَا تَفَرَّقُوا: janganlah bercerai berai
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ: mempersatukan hati kamu
فَأَصْبَحْتُمْ:berasal dari kata ashama yang berma’na menghalangi yakni perintah untuh berpegang pada tali agama menghalangi orang terjatuh.
إِخْوَانًا:bermakna jamak yakni berasal dari kata ikh saudara.
Ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya yakni ayat yang membahas tentang perintah untuk bertakwa dan ayat ini merupakan perintah untuk selalu berpegangan pada agama, mengalang persatuan dan kesatuan, larangan untuk bercerai-berai. Cara untuk menghidari kemusnahan dan kemunduran adalah dengan memperkokoh persatuan diantara kita.
Melalui ayat ini kaum muslimin mendapatkan perintah untuk bernaung dan berpegang teguh pada agama allah, maksudnya kaum muslimin harus menjadikan agama islam sebagai pegangan hidup agar selamat di dunia dan akhirat.[2]
Ayat ini merupakan perintah untuk selalu bersama-sama berupaya sekuat tenaga untuk berpegang teguh pada tali agama, jika salah satu goyah dan tergelincir maka yang lain harus mengingatkan dan membantu untuk bangkit sehingga bisa bersama-sama berpegang teguh pada tali agama dan dalam urusan ini kita harus bersatu sehingga tidak mudah goyah maupun terpecah belah.  Sesama umat islam bersaudara seperti yang diungkapkan dalam hadits:
4578 - حَدَّثَنِى زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ.[3]
Hadits ini diceritakan dari zuhair bin kharb diceritakan dari jarir dari suhail dari ayahnya dari abi hurairah berkata: rasulullah berkata” sesunguhnya allah ridho pada kalian semua
Asbabul wurud dari turunnya ayat ini adalah[4] Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat ini mengisahkan tentang keadaan suku Aus dan Khajraj. Pada masa Jahiliyah kedua suku tersebut saling bermusuhan dan berperang selama 120 tahun. Setelah mereka memeluk Islam Allah menyatukan hati mereka sehingga mereka menjadi bersaudara dan saling menyayangi. Ketika orang-orang Aus dan Khajraj sedang berkumpul dalam satu majlis, kemudian ada seorang Yahudi yang melalui mereka, lalu ia mengungkit-ungkit permusuhan dan peperangan mereka pada bani BU’ATS. Maka permusuhan diantara kedua suku tersebut mulai memanas kembali, kemarahan mulai timbul, sebagian mencerca sebagian lain dan keduanya saling mengangkat senjata, lalu ketegangan tersebut disampaikan kepada nabi shallallahu alaihi wa salam. Kemudian beliau mendatangi mereka untuk menenangkan dan melunakkan hati mereka, seraya bersabda:
“Apakah dengan panggilan-panggilan jahiliyah, sedang aku masih berada di tengah-tengah kalian?.” Lalu beliau membacakan ayat ini. Setelah itu mereka menyesal atas apa yang telah terjadi dan berdamai kembali seraya berpeluk-pelukan dan meletakan senjata masing-masing.
Meskipun asal usul ayat ini untuk mengambarkan keadaan umat islam madinah ketika belum memeluk islam dan sesudahnya tapi ayat ini mengambarkan persatuan dan kesatuan yang dimiliki oleh umat islam sesame pemeluk agama islamnya.
Ayat ini membahas tentang persaudaraan sesama umat islam tapi bukan berarti ayat ini menafikan persaudaraan sesame manusia meskipun tidak seagama karena islam adalah agama yang damai dan menjunjung tinggi persaudaraan. Hal itu tercermin dalam ayat lain yang memerintahkan untuk berbuat baik sesame manusia meskipun bukan seagama bahkan terdapat aturan yang jelas sekali mengenai hubungan umat islam dan orang yang tidak memeluk islam yang tertuang dalam surat an nisa ayat 90
إِلَّا الَّذِينَ يَصِلُونَ إِلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ أَوْ جَاءُوكُمْ حَصِرَتْ صُدُورُهُمْ أَنْ يُقَاتِلُوكُمْ أَوْ يُقَاتِلُوا قَوْمَهُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَسَلَّطَهُمْ عَلَيْكُمْ فَلَقَاتَلُوكُمْ فَإِنِ اعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوكُمْ وَأَلْقَوْا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ فَمَا جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ سَبِيلًا (90) [النساء : 90]
90. kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai)[331] atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya[332]. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu[333] maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa bagi orang kafir yang berdamai dengan orang islam maka tidak diperbolehkan dibunuh dan harus diperlakukan baik, bahkan rasulullah memerintahkan untuk berbuat baik kepada tetangga meskipun tetangga tersebut orang musrik bahkan nabi Muhammad saw pernah melayat anak tetangganya yang beragama yahudi.
Dalam ayat lain allah berfirman :
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) [الممتحنة : 8]
8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Orang kafir yang tidak boleh diperangi adalah kafir dhimi dan kafir musta’man, umat islam harus menghormati dan memegang teguh perjanjian damai yang telah dibuatnya dengan pihak-pihak non muslim selama pihak tersebut tetap menghormati dan memgang teguh perjanjian tersebut.
Ibnu umar pernah menyembelih seekor kambing lalu berkata kepada pembantunya “sudahkah kamu memberikan hadiah kepada tetangga kita orang yahudi itu?” saya mendengar dari rasulullah saw bersabda[5]: “
مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ.
Jibril tidak henti-hentinya menasehati aku (agar berbuat baik) kepada tetangga sehingga aku menyangka bahwa jibril akan memberikan hak waris kepada tetangga  (riwayat bukhari dari ibnu umar)
Dari hadits dan ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kita harus berbuat baik pada sesama manusia tidak hanya pada sesame muslim tapi juga orang yang tidak seagama akan tetapi dalam surat al imran ayat 103 ditekankan untuk menjaga persaudaraan dan persatuan sesama umat islam
B.     Mempererat Persaudaraan Sesama Manusia
Definisi persaudaraan dalam islam adalah hubungan darah dan agama menurut islam hubungan yang paling kuat adalah hubungan persaudaraan dalam agama. Sedangkan definisi menurut Negara adalah hubungan yang disebabkan adannya kekeluargaan.
Jalinan persaudaraan sesame manusia adalah hal yang penting karena menjadi ujung tombak dalam kehidupan yang damai dan penuh toleransi. Umat islam mendapat perintah untuk berbuat baik pada sesame manusia sehingga dapat menciptakan kondisi social yang damai, tapi itu belumlah berjalan dengan semestinya seperti yang diinginkan oleh rasulullah karena masih banyak kerusuhan, kesengsaraan dan kejahatan yang terjadi sekeliling kita.
Dalam al qur’an telah disebutkan bahwa allah memerintahkan untuk bertakwa dan menjalin silaturahmi yang terdapat dalam surat an nisa
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (1) [النساء : 1]
1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Dalam ayat ini dijelaskan untuk memelihara hubungan baik sesama manusia sehingga tidak saling benci sehingga dapat tercapai hidup yang baik dan damai. Lanjutan ayat al imran ayat 104 sampai 105 terdapat penjelasan bahwa agar persatuan dan kesatuan umat islam dapat terjaga maka harus ada segolongan umat islam yang bertugas untuk selalu mengigatkan orang muslim agar berbuat kebajikan, dan menjauhi keburukan dengan demikian umat islam dapat terhindar dari perpecahan dan dengan dorongan agama akan tercapai bermacam-macam kebaikan sehingga terwujut persatuan yang kukuh dan kuat. Persatuan yang kukuh menyebabkan adanya kemampuan yang besar untuk kemenangan dalam setiap perjuangan. Allah melarang umat islam untuk bercerai-berai karena akan membawa pada keruntuhan dan kehancuran oleh karena itu allah memperingatkan umat islam agat tidak tejatuh dalam jurang perpecahan.





















BAB III
KESIMPULAN
Kandungan al imran 103 adalah perintah untuk mengalang persatuan dan kesatuan, larangan untuk bercerai-berai. Cara untuk menghidari kemusnahan dan kemunduran adalah dengan memperkokoh persatuan diantara kita.
Melalui ayat ini kaum muslimin mendapatkan perintah untuk bernaung dan berpegang teguh pada agama allah, maksudnya kaum muslimin harus menjadikan agama islam sebagai pegangan hidup agar selamat di dunia dan akhirat.
Cara agar persatuan dan kesatuan umat islam dapat terjaga adalah dengan cara menjalin silaturahmi dan berbuat baik pada sesama serta menghormati orang lain saling membatu dan perbuatan baik lain yang dapat semakin memperkokoh ikatan persatuan dan persaudaraan sesame muslim dan manusia lain yang tidak seagama.










DAFTAR PUSTAKA
Al Nisaibury, Abu Khasin Muslim Bin Khijaj Bin Muslim Al Qusairi, Jami’u Shohih Masmi Shohih Muslim, Juz 5, Beirut: Dar Jill Beirut, 130.
Departemen agama RI, Al Qur’an Dan Tafsirnya, jilid 2, Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2009.
Jamaah Muslim Hidzbullah.Bloger.Com
Shihab,  Quraish, Tafsir Misbah, ,  Jilid 2, Tangerang: Lentera Hati, 2007.



[1] Quraish Shihab, Tafsir Misbah,  jilid 2, tangerang: lentera hati, 2007, th
[2][2] Departemen agama RI, al qur’an dan tafsirnya, jilid 2, Jakarta: perpustakaan nasional RI,2009,  14.
[3] Abu khasin muslim bin khijaj bin muslim al qusairi al nisaibury, jami’u shohih masmi shohih muslim, juz 5, Beirut: dar jill Beirut, 130.
[4] Jamaah muslim hidzbullah.bloger.com
[5] Departemen agama RI, al qur’an dan tafsirnya, jilid 2, Jakarta: perpustakaan nasional RI,2009, 171.